
Liputandesa.id — Jepara [ Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Aneka Usaha Jepara terus berinovasi dengan meluncurkan program Je.Farming, sebuah langkah modernisasi pertanian yang bertujuan menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian serta memperkuat ketahanan pangan daerah.(30/10/2025).
Kegiatan peluncuran program tersebut sekaligus menjadi momen penyerahan surat kerja sama antara Perumda Aneka Usaha Jepara, Pemerintah Desa Kecapi, dan BUMDesa Bumi Emas. Acara berlangsung di area persawahan Dukuh Nganjir RT 21/RW 04, Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Rabu (29/10/2025).
Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Wakil Bupati Jepara M. Ibnu Hajar, Kepala Desa Kecapi Sukambali, Direktur Utama Perumda Aneka Usaha Jepara Wike Dwi Utomo, tim Bidang Agribisnis Jepara Smart Farming, Direktur BUMDesa Bumi Emas Mistadi, Danramil 11/Tahunan Kapten Inf Edi Sulistiyono, serta Camat Tahunan Muâadz. Turut hadir pula Bhabinkamtibmas Desa Kecapi, Ketua BPD Amrul Fauzi, Agus Bambang Lelono dari DKPP Jepara, siswa-siswi MTs Tsamrotul Huda, serta Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Kecapi.

Program Pertanian Modern dan Regenerasi Petani Muda. Direktur Utama Perumda Aneka Usaha, Wike Dwi Utomo, menjelaskan bahwa Je.Farming merupakan program unggulan yang berfokus pada pertanian cabai modern dengan sistem kemitraan bersama BUMDes.
âBUMDesa Bumi Emas menjadi mitra dalam pengembangan pertanian cabai merah Je.Spicy dengan target pemasaran ke ritel modern seperti Super Indo. Ini menjadi awal penerapan pertanian modern di Desa Kecapi yang bisa dicontoh masyarakat Jepara,â ujarnya.
Wike menambahkan, profesi petani kini bisa menjadi peluang ekonomi menarik, bahkan bagi anak muda dan ibu rumah tangga.
âProgram ini contoh pertanian berkelanjutan yang sejalan dengan program ketahanan pangan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto,â tambahnya.
Saat ini, Je.Farming memasuki tahap awal dengan fokus pada budidaya cabai di lahan seluas 8.000 meter persegi di Desa Kecapi, menggunakan sistem permodalan bersama dengan BUMDes.
âMetode tanam kami rancang agar adaptif terhadap iklim. Misalnya saat curah hujan tinggi, atap UV tidak dicopot agar tanaman tetap terlindungi,â jelas Wike.
Selain di Desa Kecapi, proyek serupa juga dikembangkan di Desa Suwawal Barat, Suwawal Timur, Balong, dan Batealit. Menurut Wike, kondisi tanah Jepara sangat mendukung karena memiliki pH tanah rata-rata 6, ideal untuk tanaman cabai.
Program Je.Farming menargetkan tiga segmen pasar utama, yakni industri (seperti Indofood), ritel modern, dan produsen sambal lokal. Dengan pola tersebut, hasil panen diharapkan dapat terserap optimal.
âJika panen surplus, hasilnya akan kita salurkan ke industri. Dari total lahan 1,5 hektare yang ditargetkan akhir tahun ini, Jepara berpotensi memenuhi sebagian besar kebutuhan cabai lokal yang mencapai 3.000 ton per tahun,â kata Wike.
Secara produksi, satu hektare lahan dengan 20 ribu tanaman cabai dapat menghasilkan sekitar 4 ton cabai merah besar. Saat ini total lahan kerja sama mencapai dua hektare dengan 14 ribu bibit yang ditanam di wilayah Kecapi.
Program ini juga melibatkan kelompok tani (Poktan), Kelompok Wanita Tani (KWT), serta Junior Farming dari sekolah sekitar sebagai bentuk edukasi dan regenerasi petani muda.
Sementara itu, Wakil Bupati Jepara M. Ibnu Hajar, yang akrab disapa Gus Hajar, menyampaikan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Jepara dan Bupati Witiarso Utomo terhadap program ini.
âTerima kasih kepada semua pihak yang mendukung kegiatan ini. Kita berharap program Je.Farming berjalan mulus dan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat serta mendukung ketahanan pangan nasional,â ujarnya.
Ia menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian modern.
âPertanian kini bukan lagi pekerjaan konvensional. Melalui Je.Farming, anak muda dapat melihat bahwa pertanian bisa dilakukan dengan cara yang modern, produktif, dan menguntungkan,â pungkas Gus Hajar.
Program Je.Farming menjadi tonggak baru dalam arah pembangunan pertanian Jepara yang berbasis inovasi dan kolaborasi lintas sektor â menggabungkan teknologi, kemitraan, serta pemberdayaan masyarakat lokal menuju kemandirian pangan daerah. (Mskr-LD).